Pendahuluan
Ciri-ciri Utamanya :
a.
Sosiologi bersifat empiris yang
berarti bahwa ilmu pengetahuan
tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal
sehat seta hasilnya tidak bersifat spekulatif
tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal
sehat seta hasilnya tidak bersifat spekulatif
b.
Sosiologi bersifat teoretis, yaitu
ilmu pengetahuan tersebut selalu
berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil obesrvasi.
berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil obesrvasi.
c.
Sosiologi bersifat kumulatif yang
berarti bahwa teori-teori
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti
memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori lama.
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti
memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori lama.
d.
Bersifat non-etis, yakni yang
dipersoalkan bukanlah buruk-baiknya
fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjalaskan
fakta tersebut secara analitis.
fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjalaskan
fakta tersebut secara analitis.
Pengertian Sosiologi
A.
Pitirim Sorokin:
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
·
Hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka macam gejala-gejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum
dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya)
·
Hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala
geografis, biologis,dan sebagainya)
·
Ciri-ciri umum semua jenis gejala
sosial
B. Roucek dan Warren: Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok
C. William F.
Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial
D. J.A.A. Van
Doorn dan C.J. Lammers: Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang strukturstruktur dan peroses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil.
E. Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi: Sosiologi atau ilmu masyarakat
ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsurunsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial
(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsurunsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial
(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Proses sosial adalah pengaruh timbal
balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik
antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidpuan politik, antara segi
kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi
kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.
kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.
Hakikat Sosiologi
i. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian
ii. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi
adalah suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa
yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa
yang terjadi atau seharusnya terjadi.
iii. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure
science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (apllied
science)
iv. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit
v. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian
dan pola-pola umum
vi. Sosiologi merupakan pengetahuan yang empiris dan rasional
vii. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.
Sosiologi Sebagai Ilmu
Terkadang kata “teori” memang menakutkan. Beberapa teori sosial seringkali sulit dipahami, dangkal, atau bahkan tak memiliki tujuan yang jelas. Terkadang pembaca teori-teori sosial tak mengerti apa sebenarnya yang mereka baca. Namun bagaimanapun teori sangat berguna dalam memahami sistem yang hendak didekati. Teori sosial sepantasnya berguna untuk mendekati sistem sosial. Konstruksi teori adalah sebuah tahapan dari seluruh pekerjaan dan metodologi ilmiah. Teori lahir dari serangkaian perjuangan yang menggunakan akal sehat, hipotesis, dan eksperimen yang dapat digunakan di luar laboratorium dan sekadar impian para ilmuwan.
Teori sosial adalah teori yang tak menggunakan kelinci
sebagai obyek percobaan, tak pula memiliki larutan kimia atau proposisi logika
yang hendak dipermainkan sedemikian oleh para ilmuwan sebagaimana para
fisikawan, kimiawan, atau matematikawan. Teori sosial berada di area gejala
yang terlihat di siang hari selama riset dan malam hari menjadi bahan
perenungan para ilmuwan sosial. Mungkin boleh-boleh saja para ilmuwan
memodelkan aktivitas manusia sebagai aktivitas elektron, dan berbagai
benda-benda elementer yang unik sebagaimana yang didekati para fisikawan, namun
yang pasti elektron memiliki rule dan hukum yang jelas yang selalu dipatuhi
olehnya.
Aktivitas sebuah elektron akan jelas jika berada di dalam
medan listrik positif atau negatif, namun tingkah laku manusia tidak mengikuti
rule atau hukum se-teratur elektron. Manusia jauh lebih liar, tingkah lakunya
berada di dalam lingkaran chaotik yang pendekatan sederhana tak akan mampu
mendekatinya. Meski ini kedengaran sebagai sebuah apologia bagi teoretisi
sosial, atas kerumitan yang dikandung konstruksi ilmiah teori sosial, namun ini
bukanlah hal yang mudah untuk menerima kesulitan yang timbul saat memahami
sebuah teori sosial. Dalam proses pemikiran teoretis beberapa hal bisa menjadi
salah dan ini menjadi hal yang membingungkan.
Secara mendasar, ada beberapa perangkap
di dalam pemikiran teoretis:
1. “perangkap teka-teki silang”.
Ironis, karena buku yang paling banyak berpengaruh dalam
perkembangan ilmu sosial secara ironis bukanlah buku-buku sosiologi, melainkan
justru buku-buku dari ilmu alam. Aktivitas ilmuwan sosial seringkali (sebagaimana ilmuwan ilmu alam)
berupaya untuk melakukan manipulasi beberapa aspek alami yang diisolasi dalam
beberapa situasi eksperimental untuk memuaskan paradigma. Ini seperti permainan
teka-teki silang: kotak-kotak telah ada sedemikian dan kita mengisi kotak-kotak
kosong itu dengan petunjuk yang ada sebagai pertanyaan dari tekateki silang
tersebut. Kompleksitas yang ada di kawasan sistem sosial seringkali tak
disadari dan hal ini memberikan upaya untuk mengejar metanarasi dalam ilmu sosial
yang akhirnya melahirkan reduksi, mereduksi kompleksitas menjadi sekumpulan
konsep teoretis yang tak bisa berbunyi apa-apa di tataran praksis.
2. “perangkap penggoda pikiran”.
Seringkali dalam upaya menjelaskan sesuatu hal pemikiran
teoretik terjebak ke dalam penjelasan sekunder ke hal lain yang jauh dari
permasalahan yang seharusnya didekati. Itulah barangkali sebabnya ada tren
untuk melakukan kritik terhadap teori-teori sebelumnya semenjak zaman
pencerahan. Ilmuwan sosial seringkali “tergoda” untuk berbicara berbagai hal
yang jauh dari permasalahan yang sedang dihadapi dalam realitas sosial, mungkin
sebagai contoh adalah perdebatan pengertian “kemiskinan”, suatu hal yang jauh
dari kemiskinan yang benar-benar terjadi dalam realitas sosial. Ini tentu dapat
dikatakan terjadi dari berbagai faktor semiologis tekstual sebagai rahim dari
segala bentuk teori.
3. “perangkap logika”.
Boleh jadi sesuatu
yang aneh, sebab sebuah teori tentunya berasal dari upaya mencari koherensi
logis dari berbagai fakta atau bagian-bagian yang hendak didekati oleh ilmu
sosial. Dalam perkembangan teori sosial pada dasarnya kita bisa melihat bahwa
saat pendekatan teoretis berusaha mencari koherensi internal, secara umum dunia
ini berjalan secara ilogis – atau berjalan dengan logika yang lain dari logika
yang ditemui secara internal.
Seringkali teoretisi sosial menemukan faktor membrojol yang
tak diduga-duga sebelumnya bakal muncul dalam realitasnya – sekaligus, inilah
yang menjadi kelemahan teori sosial bersangkutan.
4. “perangkap deskripsi”.
Di mana seringkali deskripsi yang dilakukan dalam konstruksi
sebuah teori sosial ternyata keliru, hal ini ditemui saat dilakukan upaya
implementatif dari teori tersebut. Seringkali ada kecenderungan untuk sulit
membedakan mana deskripsi dan mana penjelasan. Sangat sering ilmuwan sosial
merasa sudah menjelaskan sesuatu padahal sebenarnya hanya melakukan deskripsi,
yang berakibat teori tersebut tidak mengatakan apa-apa. Teori sosial seringkali
hanya melakukan deskripsi tanpa menjelaskan. Untuk mencegah kita terjebak dalam
perangkap-perangkap teoretik, kita akan mencoba mendiskusikan dimensi-dimensi
ilmu sosial.
Pada dasarnya, dikenal empat jenis dimensi dalam pendekatan
teori sosial, yaitu :
1. Dimensi
kognitif.
Dalam
dimensi ini, ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai
cara untuk membangun pengetahuan tentang dunia sosial. Di sini terletak epistemology
yang membangun berbagai metodologi penelitian sosial.
2. Dimensi afektif.
Merupakan
sebuah kondisi di mana teori yang dibangun memuat pengalaman dan perasaan dari
teoretisi yang bersangkutan. Dimensi ini mempengaruhi keinginan untuk mengetahui
(to know) dan menjadi benar (to be right) – kedua hal ini bertitik berat kepada
kejadian tertentu dan realitas eksternal.
3. Dimensi reflektif.
Di
sini, teori sosial harus menjadi bagian dari dunia sebagaimana ia menjadi cara untuk
memahami dunia. Dengan kata lain, teori sosial harus mencerminkan apa yang terjadi
di luar sana dan apa yang terjadi pada kita sebagai salah satu elemen dari
sistem sosial yang ada.
4. Dimensi normative.
Yang
memperluas dimensi ketiga. Dalam dimensi ini, teori sosial sepantasnya memuat
secara implisit ataupun eksplisit tentang bagaimana seharusnya dunia yang
direfleksikannya itu. Keempat dimensi ini membangun seluruh pendekatan dalam
proses kostruksi teori-teori sosial yang ada.
Objek Sosiologi
Objek Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar
manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
· Maclver dan Page: Masyarakat adalah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata
cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. San masyarakat selalu berubah
cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. San masyarakat selalu berubah
· Ralph Linton: Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia
yang
telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasbatas yang dirumuskan dengan jelas
telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasbatas yang dirumuskan dengan jelas
· Selo Soemardjan Masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama,
yang menghasilkan kebudayaan Dari definisi-definisi di atas, unsur-unsur masyarakat sebagai berikut : a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam Ilmu Sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoretis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia akan timbil manusiamanusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah system komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.
yang menghasilkan kebudayaan Dari definisi-definisi di atas, unsur-unsur masyarakat sebagai berikut : a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam Ilmu Sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoretis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia akan timbil manusiamanusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah system komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.
Dua Hasrat
Kuat dalam diri manusia : a. Keinginan untuk menjadi satu dengan sesamanya atau
manusia lain disekelilingnya (misalnya, masyarakat) b. Keinginan untuk menjadi
satu dengan lingkungan sekelilingnya Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua
lingkungan diatas, manusia mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya.
Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
masyarakat agar dapat terus hidup:
a.
Adanya populasi dan populasi
replacement
b.
Informasi
c.
Energi
d.
Materi
e.
Sistem Komunikasi
f.
Sistem produksi
g.
Sistem distribusi
h.
Sistem organisasi sosial
i.
Sistem pengendalian sosial
j.
Perlindungan masyarakat terhadap
ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa dan harta bendanya.
Komponen-komponan dasar suatu masyaraka
1. Populasi:yakni
warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari setiap
sudut pandangan kolektif. Secara sosiologis, maka aspek-aspek
sosiologisnya yang diperlu dipertimbangkan adalah
sudut pandangan kolektif. Secara sosiologis, maka aspek-aspek
sosiologisnya yang diperlu dipertimbangkan adalah
-
aspek-aspek genetik yang konstan
-
variabel-variabel genetic
-
variabel-variabel demografis
2. Kebudayaan Hasil
karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang
mencakup :
mencakup :
-
sistem lambang-lambang
-
informasi
Hasil-hasil kebudayaan material
1.
Organisasi sosial: Yakni jaringan
hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain
mencakup :
- warga masyarakat secara individual
- peranan-peranan
- kelompok-kelompok sosial/
- kelas-kelas sosial
2.
Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.
BAB 2.
TEORI-TEORI SOSIOLOGI
Tokoh-tokoh
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi
I.
Auguste Comte (1798 – 1857):
ü Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics.
ü Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
ü Social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut
berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.
ü Tiga tahap perkembangan pikiran manusia :
1.
tahap teologis, ialah tingkat
pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu
disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. 2. tahap
metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. 3. tahap
positif, merupakan tahap di mana manusia
telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu
pengetahuan.
II. Emile Durkheim (1858-1917):
Sosiologi meneliti lembaga-lembaga
dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya. Sosiologi dibagi ke dalam tujuh
seksi, yakni :
Bahan
Ajar Pengantar Sosiologi
a.
sosiologi umum yang mencakup
kepribadian individu dan kelompok manusia
b.
sosiologi agama
c.
sosiologi hukum dan moral yang
mencakup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan dan keluarga.
d.
Sosiologi tentang kejahatan.
e.
Sosiologi ekonomi yang mencakup
unuran-unuran penelitian dan kelompok kerja.
f.
Demografi yang mencakup masyarakat
perkotaan dan pedesaan.
g.
Dan sosiologi estetika.
III. Max Weber (1864-1920):
ü Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian
tentang aksi-aksi sosial.
ü Teori Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran
seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis
gejala-gejala dalam masyarakat.
ü Ajaran-ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya
analisisnya tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi
ekonomi dan seterusnya.
IV.
Charles Horton Cooley (1864-1929)
ü
Mengembangkan konsepsi mengenai
hubungan timbalbalik
dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
ü
Teorinya mengidamkan kehidupan
bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
masih bersahaja.
ü
Prihatin melihat
masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga
masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan
kesempurnaannya.
V. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882):
ü
Mengenalkan metode tertentu di dalam
meneliti dan
menganisis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial. Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.
menganisis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial. Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.
VI. Ferdinand Tonnies
ü
Teorinya mengenai Gemeinschaft dan
Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok
sosial.
ü
Gemeinschaft (paguyuban) adalah
bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
ü
Gesellschaft (patembayan) merupakan
bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan
biasanya untuk jangka waktu yang pendek.
VII.
Leopold Wiese(1876-1949):
ü
Sosiologi adalah penelitian terhadap
hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial.
ü
Objek khusus sosiologi adalah
interaksi sosial atau proses sosial
VIII.
Alfred Vierkandt(1867-1953):
ü
Sosiologi terutama mempelajari
interaksi dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat merupakan himpunan interaksi-interaksi
sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkonstruksikan teori-teori tentang
masyarakat dan kebudayaan.
masyarakat dan kebudayaan.
ü
Dasar semua struktur sosial adalah
ikatan emosional; tak ada konflik antara kesaradan individual dengan kelompok,
oleh karena itu individu tunduk pada tujuan kelompoknya.
IX.
Lester Frank Ward(1841-1913)
ü
Sosiologi bertujuan untuk meneliti
kemajuan-kemajuan manusia
ü
Ia membedakan antara pure sociology
(sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejalagejala sosial, dan
apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari
perubahan-perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia.
ü
Kekuatan dinamis dalam gejala sosial
adalah perasaan.
X.
Vilfredo Pareto (1848-1923):
ü
Sosiologi didasarkan pada observasi
terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus
matematis.
ü
Masyarakat merupakan sistem kekuatan
yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku
dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan
serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
XI.
Georg Simmel(1858-1918)
ü
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang khusus,yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analitis yang abstrak di antara
semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
ü
Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk
hubungan anta manusia
XII.
William Graham Summer (1840-1910):
ü
Sistem sosiologi didasarkan pada
konsep in-group dan out-group.
ü
Masyarakat merupakan peleburan dari
kelompok-kelompok sosial
ü
Empat dorongan yang universal dalam
diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut, dan rasa hampa.
XIII.
Robert Ezra Park (1864-1944):
ü
Pelopor mazhab Ekologi.
ü
Sosiologi meneliti masyarakat
setempat dari sudut hubungan antar manusia.
XIV.
Karl Mannheim (1893-1947)
ü
Pelopor sosiologi pengetahuan,
menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan
ü
Akar dari segenap pertentangan yang
menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul disemua
lapangan kehidupan.
ü
Planning for freedom, yaitu semacam
perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan
aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.
Kegunaan Teori :
Suatu Teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Teori merupakan hubungan dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya.Variabel merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, misalnya usia, jenis kelamin, dsb.
Kegunaan Teori antara lain :
a.
Suatu teori atau beberapa teori
merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya
yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.
b.
Teori memberikan petunjuk-petunjuk
terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya
di bidang sosiologi.
c.
Teori berguna untuk lebih
mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi. d.
Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina
struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting
untuk penelitian.
d.
Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan
untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui kearah
mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa
lampau dan pada dewasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar