11 Unjuk Rasa Banjiri Ibukota Hari Ini: "JAKARTA - SURYA- Warna-warni kegiatan warga ibukota Jakarta akan dipenuhi dengan agenda unjuk rasa. Berdasarkan TMC Polda Metro Jaya, 11 unjuk rasa akan mengepung Jakarta.
Untuk warga yang ingin melintas di jalan-jalan tersebut, hendaknya mencari jalan alternatif mencegah kemacetan. Berikut info Kegiatan Warga Jakarta Rabu, 28 Juli 2010:
1. Tanggal : 28-07-2010
Waktu : 08.30 s/d 12.00
Tempat Kejadian [...]"
Kamis, 29 Juli 2010
Rabu, 28 Juli 2010
CARA BELAJAR EFEKTIF
Pengaturan jadwal... They know enough who know how to learn
Henry Brooks Adams
Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui diri sendiri kemampuan belajar anda proces yang berhasil anda gunakan, dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan- pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Mulai dengan masa lalu,
1. Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda :
2. What was your experience about how you learn?
3. Did you senang membaca? Memecahkan masalah?
4. Menghafalkan? Bercerita? Menterjemah? Berpidato?
5. Mengetahui cara menringkas?
6. Tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
7. Meninjau kembali? Punya akses ke informasi dari banyak sumber?
8. Menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
9. Memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
10. Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya?
11. Yang mana terbaik? Terburuk?
12. Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik?
13. Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskan ke masa sekarang
1. Berminatkah anda?
2. Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
3. Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
4. Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
5. Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
6. Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
7. Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
8. Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan proses, persoalan utama
1. Apa judulnya?
2. Apa kunci kata yang menyolok?
3. Apakah saya mengerti?
4. Apakah yang telah saya ketahui?
5. Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
6. Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
7. Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
8. Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
9. Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
10. Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
11. Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
12. Apakah saya berhenti dan meringkas?
13. Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
14. Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
15. Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
16. Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
17. Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat review
1. Apakah kerjaan saya benar?
2. Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
3. Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
4. Apakah saya memilih kondisi yang benar?
5. Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
6. Apakah anda sukses?
7. Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan.
Web site "Pedoman dan Strategi Belajar" | Study Guides and Strategies ini dibuat dan direkayasa oleh Joe Landsberger sebagai layanan umum kependidikan. Panduan (pelajar) ini direkayasa secara kolaboratif melalui kelembagaan dan ikatan secara nasional, dan revisi terakhir 2007-12-06.
Selasa, 27 Juli 2010
Sosialisasi Proses Pembentukan Kepribadian
Sambungan Kepribadian...
Peter Berger
mengatakan bahwa hewan hanya hidup dengan naluri, namun manusia hidup dengan
naluri dan berpikir. Karena manusia dapat berpikir, manusia dapat
mentransferkan pengalaman dan pengetahuannya kepada orang lain atau generasi
berikutnya. Manusia dapat menciptakan kebudayaan. Kehidupan ekonomi,
kekeluargaan, pendidikan, agama, politik, kebudayaan, dapat dipelajari oleh
setiap anggota baru melalui suatu proses
yang disebut sosialisasi. Berger mendefinisikan sosialisasi
sebagai ”a process by which a child
learns to be a participant member of society” (suatu proses melalui mana
seorang anak belajar menjadi seseorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat), (Horton, 1987). Melalui sosialisasi, masyarakat
dimasukan ke dalam manusia. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peranan-peranan (roles). Oleh sebab itu teori sosialisasi, oleh sejumlah ahli
sosiologi, disebut teori mengenai peran (role
theory).
a. Pemikiran
George Herbert Mead
Dalam bukunya mind, self and society (1972) George
Herbert Mead menguraikan
tahap pengembangan diri (self) manusia,
terdiri dari tiga tahap: play, stage,
game stage, dan generalized other.
Anak yang baru lahir belum mempunyai diri (self).
Pada tahap play stage, seorang anak kecil mulai
belajar mengambil peran orang tuanya atau peran orang dewasa lain dengan siapa ia
sering berinteraksi. Kita sering melihat anak kecil yang bermain berperan
sebagai ayah, menggendong atau memasak seperti ibu, berperan sebagai kakak,
nenek, polisi, menyuntik atau memeriksa kesehatan temannya, dll., namun mereka
sendiri tidak memahami mengapa peran itu dilakukan.
Pada tahap game stage, seorang anak sudah
mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan juga mengetahui peranan yang
harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya,
seorang anak berperan sebagai penjaga gawang dalam permainan sepak bola, maka
ia sudah mengetahui perannya menjaga agar bola jangan masuk dan mengetahui
peran wasit, teman-teman bermain dan lawannya.
Pada tahap generalized other, seseorang telah mampu
berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat karena telah memahami
perannya sendiri dan peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap
ini seseorang disebut telah mempunyai diri (self).
Orang-orang penting yang ditiru oleh anak dalam proses sosialisasi, oleh Mead, disebut significant other. Jadi diri (self)
seorang terbentuk, menurut pendapat Mead,
melalui interaksi dengan orang lain.
b. Pemikiran
Charles H. Cooley
Charles H. Cooley menekankan pada peranan
interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut Cooley,
konsep diri (self-concept) seseorang
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain, yang oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Nama ini diberikan Cooley melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan
perilaku orang yang sedang bercermin. Kalau cermin memantulkan apa yang
terdapat di depannya, maka menurutnya diri seseorang pun memantulkan apa yang
dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. (Jhonson, (1986)
Looking glass self
terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai
pandangan
orang lain terhadapnya. Tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian
orang lain terhadap penampilannya. Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan
terhadap apa yang dirasakan sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Contoh, seorang mahasiswa yang mendapatkan
nilai rendah (D dan E) dalam satu mata kuliah, ia merasa bahwa dosen di
jurusannya menganggapnya bodoh. Karena perasaan ini, maka ia merasa kurang
dihargai para dosennya. Karena merasa kurang dihargai maka ia menjadi murung.
Disini perasaan mengenai penilaian orang lain terhadap dirinya menentukan
penilaiannya terhadap diri sendiri.
Kepribadian dan Kebudayaan
Cakupan masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan
kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat tersebut.
Kepribadian mewujudkan perilaku Manusia. Perilaku dapat dibedakan dengan
kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latarbelakang perilaku
yang ada dalam diri individu.
Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian adalah : organisasi
sikap-sikap (Predisposition) yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Artinya
kepribadian menunjuk pada organisasi yang berbuat, mengetahui, berfikir dan
merasa. Atau kombinasi antara faktor biologis, psikologis dan sosiologis.
Sumber
bacaan :
- Cooper, C.L., & Payne, R. (1991). Personality and stress: Individual differences in the stress process. England: John Wiley & Sons Ltd.
- Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Theories of personality. (Ed. Ke-6). New York: McGraw-Hill Inc.
- Hjelle, L.A., & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. Singapore: McGraw Hill Book.
- Narwoko, Dwi, J. Dan Suyanto, Bagong, 2004. Sosiologi :Teks Pengantar dan Terapan, Edisi Pertama. Prenada Media Kencana, Jakarta.
- Harton, Paul & S. L. Hunt, 1987. Sosiologi Jilid I & II. CV. Erlangga, Jakarta.
- Soekanto S.,1986. Pengantar Sosiologi Kelompok. CV. Remadja Karya, Bandung.
- McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of personality across cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.
- Pervin, L. A. (1993). Personality: theory and research. (Ed. ke-6). Canada: John Wiley & Sons.
- Pervin, L. A. (1996). The Science of personality. USA: John Wiley & Sons.
- Linzey & Hall. (1993). Theories of personality. (4th ed). New York: John Wiley & Sons.
Minggu, 25 Juli 2010
C I N T A
cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi…
memberi banyak kehidupan..
membuat orang ingin tahu..
dan tiap orang pasti mengalami cinta..
cinta itu keikhlasan..
cinta itu kemauan..
cinta itu saling mengerti..
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..
jadikan cinta itu indah dihatimu..
karena cinta bisa seindah yang kau mau
Dalam segala kurang dan lebihmu
Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu
I LOVE YOU F3 n QIRAN
Jumat, 23 Juli 2010
PESEBARAN PENDUDUK
Konsep : Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi
penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara
administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat
tinggal yakni desa dan kota.
Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa
pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis),
penduduk Indonesia tersebar
di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.
Kegunaan : Permasalahan
yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak
dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak
merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan
lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah
lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di
pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa
bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain.
Informasi
tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu
tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya
disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk
mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di
luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.
Indikator Persebaran Penduduk.
Kepadatan penduduk berkaitan dengan
daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum
dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu
rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas
wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun
tertentu.
Rumus
|
Contoh : Indonesia pada tahun 2000 dengan
luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300
orang. Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada
tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia
dihuni oleh 109 orang penduduk.
Bila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah
dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di
wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas
15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan
perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup
penduduknya.
FERTILITAS
Konsep Dasar
Definisi
"Lahir Hidup" Konsep fertilitas hanya menghitung
jumlah bayi yang lahir hidup. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa
kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si
bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas,
ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot.
Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal
(still birth) tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk
bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal, beberapa saat setelah lahir
atau dikemudian hari, kelahiran hidup ini tetap dimasukkan dalam
perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup adalah
peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati).
Fertilitas
vs Fekunditas
Istilah
fertilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup. Sementara itu, fekunditas berarti potensi seorang
wanita untuk menjadi hamil. Berbeda dengan fertilitas, fekunditas berkaitan
dengan potensi untuk melahirkan, tanpa memperhatikan apakah seorang wanita
benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak.
Fertilitas atau kelahiran
merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk.
Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi
tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan kesehatan.
Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut
pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan
akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah
dan melahirkan bayi.
Tingkat kelahiran di masa
lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang
besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan
bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian
bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur.
Ilustrasi
Saya dan teman saya Eri
dan Nani kebetulan hamil pada saat yang bersamaan. Eri tidak memiliki biaya
untuk memeriksakan kandungannya, sedangkan Nani lebih suka memeriksakan
kandungannya ke dukun. Saya melahirkan bayi dengan selamat, bayinya sehat dan
lucu. Eri kemudian melahirkan bayi dalam keadaan hidup tetapi satu jam setelah
lahir, bayinya meninggal karena lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Nani juga kurang beruntung karena bayinya tidak bernyawa pada saat dilahirkan.
Dalam proses melahirkan Nani mengalami komplikasi dan akibatnya ia mengalami
perdarahan hebat. Ia terlambat dirujuk ke rumah sakit karena keluarganya
menunggu ijin dari suaminya. Akhirnya Nani meninggal dunia.
Karena dalam perhitungan
tingkat fertilitas yang dihitung adalah jumlah bayi yang lahir hidup, maka
dalam kasus di atas yang harus dihitung dan dicatat serta dilaporkan sebagai
kelahiran adalah bayi saya dan bayinya Eri. Dalam demografi, bayi Eri harus
dihitung sebagai kelahiran karena lahir dalam keadaan hidup meskipun beberapa
saat kemudian meninggal. Bayi Nani tidak termasuk sebagai kelahiran hidup dan
tidak diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kelahiran.
Indikator Fertilitas
1. Angka Kelahiran Tahunan (current fertility)
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
3. Paritas
4. Keluarga Berencana
a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
Pengaruh Program KB pada
Penurunan Rasio Ketergantungan
Pemerintah Indonesia telah
berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang
ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahun-tahun
1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Sementara itu program
kesehatan juga telah mampu meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia yang ditandai dengan penurunan tingkat
kematian bayi dan peningkatan harapan hidup penduduk Indonesia. Kejadian ini menyebabkan
terjadinya transisi demografi dalam jangka waktu lama yang berdampak pada
perubahan struktur umur penduduk dan berkurangnya proporsi anak-anak dibawah
usia 15 tahun.
Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak.
Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak.
Jumlah Kelahiran Setiap
Tahun Masih Besar
Meskipun tingkat fertilitas sudah menurun, kalau
jumlah ibunya besar, sebagai akibat tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu
serta perbaikan kesehatan, maka jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih
tetap banyak jumlahnya. Tiap tiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia
mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Di kabupaten atau kota
yang masih mempunyai tingkat fertilitas tinggi atau yang KB-nya kurang
berhasil, jumlah bayi yang lahir tiap tahunnya akan lebih banyak dibandingkan
dengan kabupaten atau kota
yang program KB-nya berhasil menurunkan tingkat fertilitas. Kabupaten atau kota yang masih mempunyai
jumlah kelahiran yang besar akan menghadapi konsekuensi pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar atas kelahiran bayi-bayi ini, saat ini dan seterusnya sampai
bayi-bayi ini mendapatkan perkejaan dan menjadi Ibu yang melahirkan generasi
penerus. Pengetahuan tentang fertilitas atau kelahiran dan KB serta
indikator-indikatornya sangat berguna bagi para penentu kebijakan dan perencana
program untuk merencanakan pembangunan sosial terutama kesejahteraan Ibu dan
anak.
MORTALITAS
ANGKA KEMATIAN KASAR
Angka
Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk yang masih muda.
ANGKA HARAPAN HIDUP
Keberhasilan program kesehatan
dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari
peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya
perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Daftar Pustaka:
Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh
kasus di Indonesia.
Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta,
1985
Badan Pusat Statistik,
2001. Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik,
2003. SurvaiDemografi Dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Kerjasama antara
BPS, BKKBN,
Depkes, dan ORC Macro, Calverton, Maryland USA,
December 2003.
Depkes, dan ORC Macro, Calverton, Maryland USA,
December 2003.
Pemerintah. RI dan WHO,
2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia
bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus
2000.
Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia
bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus
2000.
Badan Pusat Statistik,
2004. Daftar Pertanyaan Susenas 2004, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2004.
Adioetomo,Sri
Moertiningsih S, 2005. "Bonus Demografi menjelaskan hubungan antara pertumbuhan
penduduk dengan pertumbuhan ekonomi" Pidato Disampaikan pada Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Dalam Bidang Ekonomi Kependudukan pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 30
April, 2005.
Kamis, 22 Juli 2010
RASIO KETERGANTUNGAN
Konsep
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Definisi
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
· Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun.
· Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Cara Menghitung
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rumus
Dimana :
RKTotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua
RKMuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda
RKTua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)
Contoh
Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000
Kel. Umur | Jumlah Penduduk |
0-14 | 63 206 000 |
15-64 | 13 3057 000 |
65+ | 9 580 000 |
Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2000
Keterangan | Rasio Ketergantungan |
RKTot | 54,7 |
RKMuda | 47,0 |
RKTua | 7,2 |
interpretasi
Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.
PIRAMIDA PENDUDUK
Konsep
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Kegunaan
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu:
1. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.
2. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit.
3. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan.
Contoh
Gambar Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan)
erpretasi
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Definisi : Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.
Kegunaan : Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Cara Menghitung : Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya: Pt = P0 (1+r)t
Dimana
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.
bersambung......
Langganan:
Postingan (Atom)