Kamis, 29 Juli 2010

11 Unjuk Rasa Banjiri Ibukota Hari Ini

11 Unjuk Rasa Banjiri Ibukota Hari Ini: "JAKARTA - SURYA- Warna-warni kegiatan warga ibukota Jakarta akan dipenuhi dengan agenda unjuk rasa. Berdasarkan TMC Polda Metro Jaya, 11 unjuk rasa akan mengepung Jakarta.
Untuk warga yang ingin melintas di jalan-jalan tersebut, hendaknya mencari jalan alternatif mencegah kemacetan. Berikut info Kegiatan Warga Jakarta Rabu, 28 Juli 2010:
1. Tanggal : 28-07-2010
Waktu : 08.30 s/d 12.00
Tempat Kejadian [...]"

Rabu, 28 Juli 2010

CARA BELAJAR EFEKTIF


Pengaturan jadwal... They know enough who know how to learn
Henry Brooks Adams

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui diri sendiri kemampuan belajar anda proces yang berhasil anda gunakan, dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Empat langkah untuk belajar.

Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan- pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.

Mulai dengan masa lalu, 
1. Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda : 
2. What was your experience about how you learn? 
3. Did you senang membaca? Memecahkan masalah? 
4. Menghafalkan? Bercerita? Menterjemah? Berpidato? 
5. Mengetahui cara menringkas?
6. Tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari? 
7. Meninjau kembali? Punya akses ke informasi dari banyak sumber? 
8. Menyukai ketenangan atau kelompok belajar? 
9. Memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang? 
10. Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? 
11. Yang mana terbaik? Terburuk? 
12. Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? 
13. Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara? 

Teruskan ke masa sekarang 
1. Berminatkah anda?
2. Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
3. Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
4. Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
5. Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
6. Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
7. Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
8. Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?

Pertimbangkan proses, persoalan utama
1. Apa judulnya?
2. Apa kunci kata yang menyolok?
3. Apakah saya mengerti?
4. Apakah yang telah saya ketahui?
5. Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
6. Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
7. Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
8. Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
9. Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
10. Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
11. Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
12. Apakah saya berhenti dan meringkas?
13. Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
14. Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
15. Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
16. Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
17. Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?

Buat review
1. Apakah kerjaan saya benar?
2. Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
3. Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
4. Apakah saya memilih kondisi yang benar?
5. Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
6. Apakah anda sukses?
7. Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan. 
Web site "Pedoman dan Strategi Belajar" | Study Guides and Strategies ini dibuat dan direkayasa oleh Joe Landsberger sebagai layanan umum kependidikan. Panduan (pelajar) ini direkayasa secara kolaboratif melalui kelembagaan dan ikatan secara nasional, dan revisi terakhir 2007-12-06.



Selasa, 27 Juli 2010

Sosialisasi Proses Pembentukan Kepribadian


Sambungan Kepribadian...
Peter Berger mengatakan bahwa hewan hanya hidup dengan naluri, namun manusia hidup dengan naluri dan berpikir. Karena manusia dapat berpikir, manusia dapat mentransferkan pengalaman dan pengetahuannya kepada orang lain atau generasi berikutnya. Manusia dapat menciptakan kebudayaan. Kehidupan ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik, kebudayaan, dapat dipelajari oleh setiap  anggota baru melalui suatu proses yang disebut sosialisasi. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai ”a process by which a child learns to be a participant member of society” (suatu proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seseorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat), (Horton, 1987). Melalui sosialisasi, masyarakat dimasukan ke dalam manusia. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peranan-peranan  (roles). Oleh sebab itu teori sosialisasi, oleh sejumlah ahli sosiologi, disebut teori mengenai peran (role theory).
a.      Pemikiran George Herbert Mead
Dalam bukunya mind, self and society (1972) George Herbert Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia, terdiri dari tiga tahap: play, stage, game stage, dan generalized other. Anak yang baru lahir belum mempunyai diri (self).
Pada tahap play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang tuanya atau peran orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Kita sering melihat anak kecil yang bermain berperan sebagai ayah, menggendong atau memasak seperti ibu, berperan sebagai kakak, nenek, polisi, menyuntik atau memeriksa kesehatan temannya, dll., namun mereka sendiri tidak memahami mengapa peran itu dilakukan.
Pada tahap game stage, seorang anak sudah mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan juga mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya, seorang anak berperan sebagai penjaga gawang dalam permainan sepak bola, maka ia sudah mengetahui perannya menjaga agar bola jangan masuk dan mengetahui peran wasit, teman-teman bermain dan lawannya.
Pada tahap generalized other, seseorang telah mampu berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat karena telah memahami perannya sendiri dan peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ini seseorang disebut telah mempunyai diri (self). Orang-orang penting yang ditiru oleh anak dalam proses sosialisasi, oleh Mead, disebut significant other. Jadi diri (self) seorang terbentuk, menurut pendapat Mead, melalui interaksi dengan orang lain.
b.      Pemikiran Charles H. Cooley
Charles H. Cooley menekankan pada peranan interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain, yang oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Nama ini diberikan Cooley melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin. Kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, maka menurutnya diri seseorang pun memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. (Jhonson, (1986)
Looking glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakan sebagai penilaian orang lain terhadapnya.  Contoh, seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai rendah (D dan E) dalam satu mata kuliah, ia merasa bahwa dosen di jurusannya menganggapnya bodoh. Karena perasaan ini, maka ia merasa kurang dihargai para dosennya. Karena merasa kurang dihargai maka ia menjadi murung. Disini perasaan mengenai penilaian orang lain terhadap dirinya menentukan penilaiannya terhadap diri sendiri.
Kepribadian dan Kebudayaan
Cakupan masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat tersebut. Kepribadian mewujudkan perilaku Manusia. Perilaku dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latarbelakang  perilaku  yang  ada  dalam diri individu.
Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian adalah : organisasi sikap-sikap (Predisposition) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Artinya kepribadian menunjuk pada organisasi yang berbuat, mengetahui, berfikir dan merasa. Atau kombinasi antara faktor biologis, psikologis dan sosiologis.

Sumber bacaan :
  1. Cooper, C.L., & Payne, R. (1991). Personality and stress: Individual differences in the stress process. England: John Wiley & Sons Ltd.
  2. Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Theories of personality. (Ed. Ke-6). New York: McGraw-Hill Inc.
  3. Hjelle, L.A., & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. Singapore: McGraw Hill Book.
  4. Narwoko, Dwi, J. Dan Suyanto, Bagong, 2004. Sosiologi :Teks Pengantar dan Terapan, Edisi Pertama. Prenada Media Kencana, Jakarta.
  5. Harton, Paul & S. L. Hunt, 1987. Sosiologi Jilid I & II. CV. Erlangga, Jakarta.
  6. Soekanto S.,1986. Pengantar Sosiologi Kelompok. CV. Remadja Karya, Bandung.
  7. McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of personality across cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.
  8. Pervin, L. A. (1993). Personality: theory and research. (Ed. ke-6). Canada: John Wiley & Sons.
  9. Pervin, L. A. (1996). The Science of personality. USA: John Wiley & Sons.
  10. Linzey & Hall. (1993). Theories of personality. (4th ed). New York: John Wiley & Sons.

Minggu, 25 Juli 2010

C I N T A




cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi…
memberi banyak kehidupan..
membuat orang ingin tahu..
dan tiap orang pasti mengalami cinta..


cinta itu keikhlasan..
cinta itu kemauan..
cinta itu saling mengerti..
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..

 
jadikan cinta itu indah dihatimu..
karena cinta bisa seindah yang kau mau


Dalam segala kurang dan lebihmu
Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu

I LOVE YOU F3 n QIRAN

Jumat, 23 Juli 2010

PESEBARAN PENDUDUK

Konsep : Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota.  Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.

Kegunaan : Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain.

            Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.

Indikator Persebaran Penduduk.
Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu.
Rumus


 
RKP = Jumlah Penduduk : Luas Wilayah (Km2)
 

 
 
 
 
Contoh :  Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300 orang. Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk. 

Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas 15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup penduduknya. 

FERTILITAS

Konsep Dasar
Definisi "Lahir Hidup" Konsep fertilitas hanya menghitung jumlah bayi yang lahir hidup. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas, ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot.  Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal (still birth) tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal, beberapa saat setelah lahir atau dikemudian hari,  kelahiran hidup ini tetap dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup adalah peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati).
Fertilitas vs Fekunditas
Istilah fertilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup. Sementara itu, fekunditas berarti potensi seorang wanita untuk menjadi hamil. Berbeda dengan fertilitas, fekunditas berkaitan dengan potensi untuk melahirkan, tanpa memperhatikan apakah seorang wanita benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak. 

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi.
 
Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur.

Ilustrasi
Saya dan teman saya Eri dan Nani kebetulan hamil pada saat yang bersamaan. Eri tidak memiliki biaya untuk memeriksakan kandungannya, sedangkan Nani lebih suka memeriksakan kandungannya ke dukun. Saya melahirkan bayi dengan selamat, bayinya sehat dan lucu. Eri kemudian melahirkan bayi dalam keadaan hidup tetapi satu jam setelah lahir, bayinya meninggal karena lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Nani juga kurang beruntung karena bayinya tidak bernyawa pada saat dilahirkan. Dalam proses melahirkan Nani mengalami komplikasi dan akibatnya ia mengalami perdarahan hebat. Ia terlambat dirujuk ke rumah sakit karena keluarganya menunggu ijin dari suaminya. Akhirnya Nani meninggal dunia.

Karena dalam perhitungan tingkat fertilitas yang dihitung adalah jumlah bayi yang lahir hidup, maka dalam kasus di atas yang harus dihitung dan dicatat serta dilaporkan sebagai kelahiran adalah bayi saya dan bayinya Eri. Dalam demografi, bayi Eri harus dihitung  sebagai kelahiran karena lahir dalam keadaan hidup meskipun beberapa saat kemudian meninggal. Bayi Nani tidak termasuk sebagai kelahiran hidup dan tidak diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kelahiran. 

Indikator Fertilitas
1. Angka Kelahiran Tahunan (current fertility)
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total  
2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
3. Paritas
4. Keluarga Berencana
a.  Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need

Pengaruh Program KB pada Penurunan Rasio Ketergantungan
Pemerintah Indonesia telah berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahun-tahun 1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Sementara itu program kesehatan juga telah mampu meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia yang ditandai dengan penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan harapan hidup penduduk Indonesia. Kejadian ini menyebabkan terjadinya transisi demografi dalam jangka waktu lama yang berdampak pada perubahan struktur umur penduduk dan berkurangnya proporsi anak-anak dibawah usia 15 tahun.

Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak.

Jumlah Kelahiran Setiap Tahun Masih Besar
Meskipun tingkat fertilitas sudah menurun, kalau jumlah ibunya besar, sebagai akibat tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu serta perbaikan kesehatan, maka jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih tetap banyak jumlahnya. Tiap tiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Di kabupaten atau kota yang masih mempunyai tingkat fertilitas tinggi atau yang KB-nya kurang berhasil, jumlah bayi yang lahir tiap tahunnya akan lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang program KB-nya berhasil menurunkan tingkat fertilitas. Kabupaten atau kota yang masih mempunyai jumlah kelahiran yang besar akan menghadapi konsekuensi pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar atas kelahiran bayi-bayi ini, saat ini dan seterusnya sampai bayi-bayi ini mendapatkan perkejaan dan menjadi Ibu yang melahirkan generasi penerus. Pengetahuan tentang fertilitas atau kelahiran dan KB serta indikator-indikatornya sangat berguna bagi para penentu kebijakan dan perencana program untuk merencanakan pembangunan sosial terutama kesejahteraan Ibu dan anak.

MORTALITAS

ANGKA KEMATIAN KASAR
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

ANGKA HARAPAN HIDUP
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Daftar Pustaka:
Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh kasus di Indonesia. Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta, 1985
Badan Pusat Statistik, 2001. Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi
 Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik, 2003. SurvaiDemografi Dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Kerjasama antara BPS, BKKBN,
Depkes, dan ORC Macro, Calverton, Maryland USA,
 December 2003.
Pemerintah. RI dan WHO, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi
 Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia
bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus
  2000.
Badan Pusat Statistik, 2004. Daftar Pertanyaan Susenas 2004, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2004.
Adioetomo,Sri Moertiningsih S, 2005. "Bonus Demografi menjelaskan hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi" Pidato Disampaikan pada  Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ekonomi Kependudukan pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 30 April, 2005.
Departemen Kesehatan RI, 2004. "Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia" Depkes,Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan, 2004.

Kamis, 22 Juli 2010

RASIO KETERGANTUNGAN



 
Konsep
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.  
Definisi
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. 
· Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun. 
· Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. 
Cara Menghitung

Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan  jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).  
Rumus 
  
  
Dimana :
RKTotal  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua 
RKMuda  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda 
RKTua  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua 
P(0-14)  = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun) 
P(65+)  = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas) 
P(15-64)  = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun) 
Contoh 
Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).   
Tabel 1  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000  
Kel. Umur
Jumlah Penduduk
0-14
63 206 000
15-64
13 3057 000
65+
9 580 000
Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut.   
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan  Total  Tahun 2000 
Keterangan
Rasio Ketergantungan
RKTot
54,7
RKMuda
47,0
RKTua
7,2
interpretasi 
Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua. 
Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir. 

PIRAMIDA PENDUDUK
Konsep
  Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Kegunaan 
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.  
  
Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu: 
1.    Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu. 
2.    Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit. 
3.    Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya. 
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. 
Contoh 
Gambar  Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan) 

erpretasi  
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan besarnya penduduk yang mencapai usia kerja. 
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Definisi  : Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.
Kegunaan : Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi. 
Cara Menghitung  : Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan.  Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk). 
Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:     Pt = P0 (1+r)t 
Dimana 
P0 adalah jumlah penduduk awal 
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian 
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk 
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t. 

bersambung......