SOSIALISASI
Peter Berger mengatakan bahwa
hewan hanya hidup dengan naluri, namun manusia hidup dengan naluri dan
berpikir. Karena manusia dapat berpikir, manusia dapat mentransferkan
pengalaman dan pengetahuannya kepada orang lain atau generasi berikutnya.
Manusia dapat menciptakan kebudayaan. Kehidupan ekonomi, kekeluargaan,
pendidikan, agama, politik, kebudayaan, dapat dipelajari oleh setiap anggota baru melalui suatu proses yang
disebut sosialisasi. Berger mendefinisikan sosialisasi
sebagai ”a process by which a child
learns to be a participant member of society” (suatu proses melalui mana
seorang anak belajar menjadi seseorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat), (Horton, 1987). Melalui
sosialisasi, masyarakat dimasukan ke
dalam manusia. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peranan-peranan (roles). Oleh sebab itu teori sosialisasi, oleh sejumlah ahli
sosiologi, disebut teori mengenai peran (role
theory).
- Pemikiran Mead
Dalam bukunya mind, self and society (1972) George
Herbert Mead menguraikan
tahap pengembangan diri (self) manusia,
terdiri dari tiga tahap: play, stage,
game stage, dan generalized other.
Anak yang baru lahir belum mempunyai diri (self).
Pada tahap play stage, seorang
anak kecil mulai belajar mengambil peran orang tuanya atau peran orang dewasa
lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Kita sering melihat anak kecil yang
bermain berperan sebagai ayah, menggendong atau memasak seperti ibu, berperan
sebagai kakak, nenek, polisi, menyuntik atau memeriksa kesehatan temannya,
dll., namun mereka sendiri tidak memahami mengapa peran itu dilakukan.
Pada tahap game stage, seorang anak sudah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya dan juga mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya, seorang anak berperan sebagai penjaga
gawang dalam permainan sepak bola, maka ia sudah mengetahui perannya menjaga
agar bola jangan masuk dan mengetahui peran wasit, teman-teman bermain dan
lawannya.
Pada tahap generalized other, seseorang telah mampu berinteraksi dengan
orang lain di dalam masyarakat karena telah memahami perannya sendiri dan peran
orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ini seseorang disebut telah
mempunyai diri (self). Orang-orang
penting yang ditiru oleh anak dalam proses sosialisasi, oleh Mead, disebut significant other. Jadi diri (self)
seorang terbentuk, menurut pendapat Mead,
melalui interaksi dengan orang lain.
- Pemikiran Cooley
Charles H. Cooley
menekankan pada peranan interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain, yang oleh Cooley diberi nama looking-glass
self. Nama ini diberikan Cooley
melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang
sedang bercermin. Kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, maka
menurutnya diri seseorang pun memantulkan apa yang dirasakannya sebagai
tanggapan masyarakat terhadapnya. (Jhonson, (1986)
Looking glass self terbentuk
melalui tiga tahap. Tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan
orang lain terhadapnya. Tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian
orang lain terhadap penampilannya. Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan
terhadap apa yang dirasakan sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Contoh, seorang mahasiswa yang mendapatkan
nilai rendah (D dan E) dalam satu mata kuliah, ia merasa bahwa dosen di
jurusannya menganggapnya bodoh. Karena perasaan ini, maka ia merasa kurang
dihargai para dosennya. Karena merasa kurang dihargai maka ia menjadi murung.
Disini perasaan mengenai penilaian orang lain terhadap dirinya menentukan
penilaiannya terhadap diri sendiri.
- Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah aktor
yang melaksanakan sosialisasi. Fuller dan
Jacob (1973) mengemukakan lima agen sosialisasi yaitu: keluarga (ayah, ibu,
kakek, nenek, kakak, dll), kelompok bermain (teman sebaya), media massa (media
cetak, elektronik), sistem pendidikan (sekolah) dan masyarakat. (Narwoko,
2004)
- Sosialisasi Sekunder dan Sosialisasi
Primer
Sosialisasi adalah suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia,
sering disebut dengan Learning Process.
Sosialisasi terbagi dua: sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
Sosialisasi primer adalah Sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa
kecil, melalui mana dia menjadi anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi
sekunder adalah proses setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu
yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya.
Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering ditemui adalah proses
rasionalisasi yang didahului oleh proses desosialisasi. Dalam proses
desosialisasi seseorang mengalami “pencabutan” diri, sedangkan proses
resosialisasi dimana seseorang diberi “suatu” kepada diri yang baru. Kedua
proses ini oleh Goffman, sering
dikaitkan dengan institusi total yaitu suatu tempat tinggal dan bekerja yang di
dalamnya sejumlah individu dalam situasi sama, terputus dari masyarakat yang
lebih luas untuk satu jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang
terkungkung yang diatur secara formal. Contoh: penjara, rumah sakit jiwa,
pendidikan militer, dll. (Campbell ,
1994).
- Pola-Pola Sosialisasi
Pertama, sosialisasi dengan
cara represi,
yaitu sosialisasi dengan cara menekankan pada penggunaan hukuman terhadap
kesalahan. Cara lain melalui penekanan pemberian materi, penekanan pada
kepatuhan anak terhadap orang tua, penekanan pada komunikasi satu arah yang
berisi perintah dan peranan keluarga sebagai significant other. Kedua,
sosialisasi dengan cara partisipasi, yaitu anak diberi
imbalan apabila berkelakuan baik, hukum dan imbalan bersifat simbolis, anak
diberi kebebasan, penekanan diberikan pada interaksi, komunikasi bersifat
lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan anak dianggap penting dan
keluarga menjadi generalized other.
Adapun ciri -
ciri sosialisasi represif di antaranya sebagai berikut.
- 1. Menghukum perilaku yang keliru.
- 2. Adanya hukuman dan imbalan materiil.
- 3. Kepatuhan anak kepada orang tua
- 4. Perintah sebagai komunikasi.
- 5. Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang berasal dari orang tua.
- 6. Sosialisasi berpusat pada orang tua.
- 7. Anak memerhatikan harapan orang tua.
- 8. Dalam keluarga biasanya didominasi orang tua.
Ciri - ciri
Sosialisasi Partisipatirisantara lain sebagai berikut.
- 1. Memberikan imbalan bagi perilaku baik.
- 2. Hukuman dan imbalan bersifat simbolis.
- 3. Otonomi anak.
- 4. Interaksi sebagai komunikasi.
- 5. Komunikasi verbal atau komunikasi dua arah, baik dari anak maupun dari orang tua.
- 6. Sosialisasi berpusat pada anak.
- 7. Orang tua memerhatikan keinginan anak.
- Dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar