PESEBARAN PENDUDUK
Konsep : Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi
penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara
administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat
tinggal yakni desa dan kota.
Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa
pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis),
penduduk Indonesia tersebar
di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.
Kegunaan : Permasalahan
yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak
dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak
merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan
lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah
lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di
pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa
bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain.
Informasi
tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu
tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya
disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk
mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di
luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.
Indikator Persebaran Penduduk.
Kepadatan penduduk berkaitan dengan
daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum
dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu
rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas
wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun
tertentu.
Rumus
|
Contoh : Indonesia pada tahun 2000 dengan
luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300
orang. Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada
tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia
dihuni oleh 109 orang penduduk.
Bila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah
dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di
wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas
15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan
perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup
penduduknya.
FERTILITAS
Konsep Dasar
Definisi
"Lahir Hidup" Konsep fertilitas hanya menghitung
jumlah bayi yang lahir hidup. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa
kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si
bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas,
ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot.
Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal
(still birth) tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk
bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal, beberapa saat setelah lahir
atau dikemudian hari, kelahiran hidup ini tetap dimasukkan dalam
perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup adalah
peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati).
Fertilitas
vs Fekunditas
Istilah
fertilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup. Sementara itu, fekunditas berarti potensi seorang
wanita untuk menjadi hamil. Berbeda dengan fertilitas, fekunditas berkaitan
dengan potensi untuk melahirkan, tanpa memperhatikan apakah seorang wanita
benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak.
Fertilitas atau kelahiran
merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk.
Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi
tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan kesehatan.
Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut
pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan
akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah
dan melahirkan bayi.
Tingkat kelahiran di masa
lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang
besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan
bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian
bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur.
Ilustrasi
Saya dan teman saya Eri
dan Nani kebetulan hamil pada saat yang bersamaan. Eri tidak memiliki biaya
untuk memeriksakan kandungannya, sedangkan Nani lebih suka memeriksakan
kandungannya ke dukun. Saya melahirkan bayi dengan selamat, bayinya sehat dan
lucu. Eri kemudian melahirkan bayi dalam keadaan hidup tetapi satu jam setelah
lahir, bayinya meninggal karena lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Nani juga kurang beruntung karena bayinya tidak bernyawa pada saat dilahirkan.
Dalam proses melahirkan Nani mengalami komplikasi dan akibatnya ia mengalami
perdarahan hebat. Ia terlambat dirujuk ke rumah sakit karena keluarganya
menunggu ijin dari suaminya. Akhirnya Nani meninggal dunia.
Karena dalam perhitungan
tingkat fertilitas yang dihitung adalah jumlah bayi yang lahir hidup, maka
dalam kasus di atas yang harus dihitung dan dicatat serta dilaporkan sebagai
kelahiran adalah bayi saya dan bayinya Eri. Dalam demografi, bayi Eri harus
dihitung sebagai kelahiran karena lahir dalam keadaan hidup meskipun beberapa
saat kemudian meninggal. Bayi Nani tidak termasuk sebagai kelahiran hidup dan
tidak diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kelahiran.
Indikator Fertilitas
1. Angka Kelahiran Tahunan (current fertility)
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
3. Paritas
4. Keluarga Berencana
a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
Pengaruh Program KB pada
Penurunan Rasio Ketergantungan
Pemerintah Indonesia telah
berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang
ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahun-tahun
1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Sementara itu program
kesehatan juga telah mampu meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia yang ditandai dengan penurunan tingkat
kematian bayi dan peningkatan harapan hidup penduduk Indonesia. Kejadian ini menyebabkan
terjadinya transisi demografi dalam jangka waktu lama yang berdampak pada
perubahan struktur umur penduduk dan berkurangnya proporsi anak-anak dibawah
usia 15 tahun.
Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak.
Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak.
Jumlah Kelahiran Setiap
Tahun Masih Besar
Meskipun tingkat fertilitas sudah menurun, kalau
jumlah ibunya besar, sebagai akibat tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu
serta perbaikan kesehatan, maka jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih
tetap banyak jumlahnya. Tiap tiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia
mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Di kabupaten atau kota
yang masih mempunyai tingkat fertilitas tinggi atau yang KB-nya kurang
berhasil, jumlah bayi yang lahir tiap tahunnya akan lebih banyak dibandingkan
dengan kabupaten atau kota
yang program KB-nya berhasil menurunkan tingkat fertilitas. Kabupaten atau kota yang masih mempunyai
jumlah kelahiran yang besar akan menghadapi konsekuensi pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar atas kelahiran bayi-bayi ini, saat ini dan seterusnya sampai
bayi-bayi ini mendapatkan perkejaan dan menjadi Ibu yang melahirkan generasi
penerus. Pengetahuan tentang fertilitas atau kelahiran dan KB serta
indikator-indikatornya sangat berguna bagi para penentu kebijakan dan perencana
program untuk merencanakan pembangunan sosial terutama kesejahteraan Ibu dan
anak.
MORTALITAS
ANGKA KEMATIAN KASAR
Angka
Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk yang masih muda.
ANGKA HARAPAN HIDUP
Keberhasilan program kesehatan
dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari
peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya
perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Daftar Pustaka:
Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh
kasus di Indonesia.
Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta,
1985
Badan Pusat Statistik,
2001. Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik,
2003. SurvaiDemografi Dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Kerjasama antara
BPS, BKKBN,
Depkes, dan ORC Macro, Calverton, Maryland USA,
December 2003.
Depkes, dan ORC Macro, Calverton, Maryland USA,
December 2003.
Pemerintah. RI dan WHO,
2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia
bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus
2000.
Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia
bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus
2000.
Badan Pusat Statistik,
2004. Daftar Pertanyaan Susenas 2004, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2004.
Adioetomo,Sri
Moertiningsih S, 2005. "Bonus Demografi menjelaskan hubungan antara pertumbuhan
penduduk dengan pertumbuhan ekonomi" Pidato Disampaikan pada Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Dalam Bidang Ekonomi Kependudukan pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 30
April, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar